Google
Search WWW Search care4lupus.blogspot.com

Tuesday, May 10, 2005

Kompas - Rabu, 30 Oktober 2002, 9:41 WIB

Penyakit Lupus Eritomatosus Sistemik (LES) diduga berhubungan dengan sistem imunologi yang berlebih. Eritomatosus artinya kemerahan, sedangkan sistemik berarti menyebar ke berbagai organ tubuh.
"Penyebabnya belum diketahui secara pasti sehingga diagnosanya agak sulit dan seringkali terlambat," jelas Dr. Jumhana Atmakusuma SpPD, KHOM, konsultan hematologi dari RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

Antibodi yang berlebihan itu bisa masuk ke seluruh jaringan sel melalui dua cara. Pertama, langsung menyerang jaringan sel, seperti pada sel-sel darah merah yang menyebabkan selnya hancur. Akibatnya, penderita mengalami anemia atau kekurangan sel darah merah.

Kedua, antibodi bergabung dengan antigen (zat perangsang pembentukan antibodi), lalu membentuk ikatan kompleks imun. Gabungan antibodi dan antigen itu mengalir bersama darah, sampai tersangkut pada pembuluh darah kapiler dan menimbulkan peradangan.

Pada umumnya, awalnya penderita mengalami kelainan pada kulit, berupa kemerahan di sekitar hidung dan pipi. Bercak-bercak di wajah dan lengan, panas dan rasa lelah berkepanjangan, rambut rontok, persendian bengkak dan timbul sariawan.
Penyakit ini dapat menyerang siapapun, terutama sejak usia produktif hingga usia 50-an tahun. "Saya pernah merawat remaja usia 17 tahun yang terkena Lupus. Yang jelas perempuan lebih berpeluang untuk kena. Mungkin ini ada hubungannya dengan hormon estrogen," katanya.

Lupus, jika tidak segera mendapatkan penanganan terpadu akan menyerang organ tubuh seperti hati, jantung dan lainnya. Penanganan terpadu disini artinyatidak hanya diterapi oleh dokter ahli darah (hematolog) tapi juga melibatkan ahli rematik, jantung, hati dan sebagainya. Keterpaduan ini penting untuk memberikan peluang hidup lebih lama bagi pasien.

Dr. Jumhana membantah pendapat tentang siklus lima atau sepuluh tahunan yang membayangi harapan hidup pasien Lupus. "Risiko kematian itu relatif, jadi tidak benar jika pasien Lupus dibilang peluang hidupnya lebih kecil dibanding penyakit menahun lainnya. Jika pasien rajin konsultasi dan secara psikologis bersemangat tinggi untuk tetap hidup normal, tentu kesempatan untuk hidup akan lebih panjang," paparnya.

Risiko pengobatan, lanjutnya memang selalu ada. Namun, risiko itu bisa diminimalisir jika sejak awal pasien dipantau ahli yang tepat. Menurutnya, pasien tetap bisa menjalani kehidupan normal, asal sesuai dengan kondisi fisiknya.

Hingga saat ini belum bisa dipastikan apakah Lupus merupakan penyakit keturunan. Yang pasti, faktor keturunan dan lingkungan bisa menjadi pemicunya. Tindakan pencegahan terhadap serangan juga belum bisa diketahui secara pasti. "Yang bisa dilakukan adalah periksa secara rutin, jika merasakan adanya perubahan dalam tubuh. Itu pun tidak menjamin terhindar dari serangan," ucapnya. Periksa teratur sesaui anjuran dokter memang mutlak ditaati. Tenggang waktu kekambuhan dan laporan ke dokter tidak boleh lewat dari tujuh hari.

Karena tidak tahan terhadap sinar ultraviolet pasien Lupus dianjurkan mengenakan pakaian yang menutup lengan hingga tungkai juga bertopi atau berpayung, saat keluar rumah. Untuk menjaga kondisi tubuh dianjurkan mengkonsumsi cukup kalsium, kalium, seng, vitamin B6, C dan D.

Sebaiknya, penderita juga mengkonsumsi makanan yang kaya protein, namun rendah karbohidrat. Semua sayuran dan buah-buahan sangat dianjurkan, misalnya pisang, blewah, pisang sale, nangka, durian, asparagus, brokoli, ubi-ubian, bayam, kangkung, serta buah yang dikeringkan. Susu, yoghurt, dan keju termasuk makanan yang dianjurkan. Dan, yang terpenting, penderita Lupus harus selalu didukung oleh orang-orang terdekatnya, karena stres sewaktu-waktu dapat timbul. @Ken Lalang Handita.


Blogged on 9:20 AM

|

Comments: Post a Comment

~~~