![]() |
|
sekilas lupus - penyegar :D Sunday, May 15, 2005 Minggu, 28 Juli 2002 - RepublikaLupus - Si Misterius yang Perlu Diwaspadai Penyakit dengan seratus wajah. Julukan ini rasanya pas benar untuk penyakit lupus. Gejalanya yang tidak khas serta penampilannya yang dapat menyerupai penyakit-penyakit lain bisa membuat orang terkecoh. Bukan cuma orang awam, tapi juga dokter. Banyak hal yang biasa dikeluhkan penderita lupus. Di antaranya demam namun bukan karena infeksi, penurunan berat badan, cepat lelah, nafsu makan menurun, rambut rontok, pegal linu di seluruh badan, radang sendi, gangguan darah, gangguan syaraf, tukak mulut, dan peka terhadap sinar matahari sampai timbul bercak kupu-kupu di muka. Tentu saja, keluhan antara penderita yang satu dengan lainnya berbeda-beda. ''Tapi sebagai patokan, apabila seseorang mengalami empat gejala itu saja, maka mereka sudah bisa dikatakan positif terjangkit lupus,'' kata dokter Yoga Iwanoff Kasjmir SpPD KR, penasehat medis Yayasan Lupus Indonesia (YLI). Dijelaskan, lupus dikelompokkan dalam penyakit auto-imun. Apa maksudnya? Secara sederhana bisa diterangkan, bahwa pada penderita lupus tubuh membuat antibodi dalam jumlah banyak yang sifatnya bukan untuk melindungi tubuh, namun justru menyerang tubuh sendiri. Sifat merusak diri sendiri inilah yang membuat lupus disebut penyakit auto-imun. Secara garis besar ada tiga jenis lupus, yaitu LES (lupus eritematosus sistemik), lupus diskoid, dan lupus obat. Sesuai namanya, lupus obat adalah lupus yang timbul akibat efek samping obat. Lupus jenis ini biasanya akan sembuh sendiri dengan memberhentikan obat yang menimbulkan efek samping itu. Lupus diskoid adalah lupus kulit dengan manifestasi beberapa jenis kelainan kulit. Berbeda dengan lupus diskoid yang menyerang bagian luar tubuh (kulit), maka LES menyerang dan menimbulkan komplikasi pada organ-organ dalam tubuh seperti ginjal, paru-paru, otak, jantung, sendi, dan lain-lain. Siapa saja yang bisa terserang penyakit ini? Menurut Yoga, setiap orang dapat terserang lupus. ''Namun kebanyakan adalah para wanita yang berada dalam usia produktif.'' Mengenai penyebab lupus, Yoga mengakui, sejauh ini memang belum diketahui. Hanya saja ada sejumlah faktor risiko yang berpotensi menimbulkan lupus yaitu faktor genetik dan lingkungan. ''Selain itu, bisa pula dipengaruhi oleh faktor hormonal, walau memang yang paling dominan adalah faktor genetik.'' Faktor genetik di sini artinya, jika seorang ibu menderita lupus maka anaknya atau anggota keluarga lainnya punya kecenderungan terjangkit penyakit serupa. ''Jadi tidak ada virus menular seperti halnya AIDS, yang kalau si anak lahir maka secara otomatis akan terkena juga penyakit tersebut.'' Sedangkan faktor lingkungan bisa berupa paparan sinar ultraviolet, infeksi, stres, dan obat-obatan. Tapi menurut Yoga, faktor lingkungan bukanlah faktor dominan karena masih bisa disiasati. ''Misalnya, kita dapat menyiasati paparan sinar ultraviolet dengan menggunakan tabir surya (sun block).'' Sementara dr Zubairi Djoerban SpPD KHOM, spesialis penyakit dalam dari FKUI/RSCM yang juga dikenal sebagai pemerhati lupus berpendapat, deteksi terhadap lupus sebenarnya mudah jika saja para dokter sudah memiliki kemampuan dasar untuk mendiagnosis penyakit ini. Sayangnya, hingga sekarang masih sedikit dokter yang memiliki kemampuan dalam mendiagnosis penyakit lupus. Akibatnya, semakin banyak anggota masyarakat yang terkena penyakit ini namun tidak mendapatkan penanganan yang semestinya. ''Pasien yang terdafar di Jakarta saja sudah mencapai sekitar 400 orang, belum lagi yang di luar Jakarta.'' Zubairi yang di ruang praktiknya cukup sering menangani pasien lupus mengatakan, pengobatan utama terhadap lupus adalah dengan memberikan kortikosteroid. Untuk penderita yang memerlukan pengobatan dalam dosis tinggi, perlu dipikirkan untuk memberi tambahan obat lain seperti imuran, endoxan, dan methotrexate. Ini dimaksudkan agar efek kortikosteroid tidak terlalu berat. Dengan pengobatan yang tepat dan terawasi, lupus kini tak lagi menjadi penyakit yang merenggut banyak nyawa penderitanya. ''Dulu sebelum kemampuan diagnosis dan pengobatan mengalami kemajuan seperti sekarang, angka kematian di antara penderita lupus mencapai 10 persen.'' Tapi kini, angka kematian sudah dapat ditekan hingga di bawah 10 persen. Bahkan sebagian penderita, dapat sembuh total. Sementara itu sebagian lagi tak sembuh secara total, namun kondisi penyakit terkontrol, seperti halnya pada penderita kencing manis atau tekanan darah tinggi. ''Para odapus (orang dengan lupus) pun tak perlu khawatir sebab lupus tak membuatnya terhambat dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Bahkan tak sedikit dari mereka yang tetap eksis dengan kariernya walau didera penyakit Lupus,'' kata Zubairi. Bagaimana dengan hamil dan punya anak? Tentang hal ini pun, para odapus yang kebanyakan kaum wanita tak perlu khawatir. Mereka tetap bisa hamil dan punya anak. ''Pasien lupus yang tercatat di Yayasan Lupus Indonesia (YLI) hingga saat ini berjumlah sekitar 500 orang dan kebanyakan wanita. Hanya 20 orang saja yang belum dikaruniai anak, sisanya telah mendapatkan momongan.'
Comments:
Post a Comment
~~~ |
.:Find Me:. If you interested in content, please contact the Writer: Rusnita Saleh : .:Want to Joint ?:. If you want to know more about lupus surferer's activities and want to donor your help and money, go here Need more consult ?, go here .:acquaintances:.
The Enterprise .:New Book:. .:talk about it:.
.:archives:.
.:Link-link website Lupus:.
Lupus Org .:credits:.
|