![]() |
|
Perempuan dan Lupus Tuesday, May 10, 2005 Senin, 19 Mei 2003, 12:18 WIB - KompasLupus, penyakit yang pernah dianggap amat mematikan ini, lebih banyak menyerang perempuan dibanding laki-laki. Rasio terkena lupus pada laki-laki dan perempuan adalah satu berbanding sembilan. Demikian diungkapkan dr Zubairi Djoerban SpPD KHOM dari Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (FKUI- RSCM), pada seminar interaktif yang diselenggarakan Himpunan Masyarakat Peduli Lupus Yogyakarta (Himapus), Sabtu (17/5), di Yogyakarta. Pembicara lain adalah Tiara Savitri, Ketua Yayasan Lupus Indonesia. Penyakit lupus adalah penyakit gangguan autoimun. Seperti diketahui, sistem kekebalan tubuh membentuk protein yang disebut antibodi untuk melindungi tubuh terhadap virus, bakteri, dan benda asing lain. Dengan terganggunya autoimun, sistem kekebalan tubuh kehilangan kemampuan membedakan benda asing (antigen) dengan sel dan jaringan tubuh sendiri. Akibatnya, antibodi menyerang tubuh sendiri. Bagian tubuh yang sering diserang terutama adalah kulit, sendi, darah, jantung, paru, dan ginjal. Keadaan inilah yang menyebabkan terjadinya peradangan, perlukaan jaringan, serta nyeri. Menurut Zubairi, antibodi abnormal juga menyebabkan munculnya trobo imboli, yaitu bekuan dalam sirkulasi darah sehingga bisa mengganggu fungsi organ tubuh yang terkena, plasenta misalnya. Di Amerika Serikat (AS) terjadi lebih 16.000 kasus baru per tahun. Sampai sekarang sekitar 500.000–1,5 juta penduduk AS menderita lupus. Saat ini anggota Yayasan Lupus Indonesia baru tercatat sekitar 500 orang penderita lupus. Karena itu, jumlah ini belum mencakup seluruh penderita lupus di Jakarta, apalagi di luar Jakarta. Kriteria lupus Penyakit lupus dibagi dalam lupus eritematosus sistemik (LES) dan lupus diskoid. LES dapat mengenai berbagai organ tubuh sedangkan lupus diskoid terbatas pada kulit. Pada LES terdapat berbagai gejala seperti demam, muka kemerahan, luka pada mulut, nyeri sendi, dan rambut rontok. Karena gejala penyakit pada lupus tak ada yang spesifik dan dapat menyerupai penyakit lain, dokter menggunakan 11 kriteria yang telah disepakati untuk mendiagnosis penyakit ini. Kriteria tersebut terdiri dari gejala, tanda penyakit, dan hasil pemeriksaan laboratorium. Bila seseorang memiliki empat dari 11 kriteria itu, maka ia dianggap menderita lupus. "Semula penyakit ini mematikan karena banyak memakan korban. Namun, belakangan angka kematian dapat ditekan hingga tinggal 10 persen karena sistem pengobatan mulai membaik," kata Zubairi. Penyembuhan lama Penderita lupus dan keluarganya perlu menyadari bahwa penyakit ini merupakan penyakit menahun yang memerlukan pengobatan dalam jangka panjang. Pengobatan lupus umumnya berdasarkan pada organ tubuh yang terganggu penyakit ini. Jika yang terkena hanya kulit atau sendi, biasanya tidak diperlukan obat steroid, cukup diberikan obat lain yang lebih ringan. Bila LES mengenai sistem darah (anemia hemolitik) atau ginjal, maka diperlukan pengobatan dengan steroid dosis tinggi. Pengobatan ini untuk mencegah kerusakan organ tersebut. Obat lain yang juga digunakan adalah obat malaria dan penekan sistem imun. Penggunaan steroid pada penyakit lupus perlu dilaksanakan jangka panjang. Penghentian steroid yang mendadak bisa membuat penyakit kambuh dan gejala putus obat. Karena itu, perlu dicari dosis steroid terendah yang masih bisa memberikan perlindungan. Sejauh ini, belum diketahui penyebab penyakit lupus. Penyakit infeksi yang tidak segera sembuh bisa memicu tumbuhnya lupus. Antibiotika jenis sulfa dan pinisilin, sinar ultraviolet, dan stres diduga juga menyebabkan munculnya lupus. (TOP)
Comments:
Post a Comment
~~~ |
.:Find Me:. If you interested in content, please contact the Writer: Rusnita Saleh : .:Want to Joint ?:. If you want to know more about lupus surferer's activities and want to donor your help and money, go here Need more consult ?, go here .:acquaintances:.
The Enterprise .:New Book:. .:talk about it:.
.:archives:.
.:Link-link website Lupus:.
Lupus Org .:credits:.
|