![]() |
|
Pentingnya Perlu Tahu Lupus Tuesday, May 10, 2005 Republika - Minggu, 30 Mei 2004Hari Lupus Sedunia yang dideklarasikan di New York pada 10 Mei 2004 lalu, nyaris tak terdengar gaungnya di Indonesia. Padahal saat ini, paling sedikit lima juta orang di seluruh dunia menderita penyakit lupus, dengan lebih dari 100 ribu kasus baru terjadi setiap tahunnya. Lupus atau nama lengkapnya Systemic Lupus Erythematosus (SLE) tergolong sebagai penyakit autoimun. Artinya, tubuh membentuk antibodi berlebihan, tetapi salah arah, yang kemudian menyerang jaringan tubuh sendiri. Ada beberapa hal yang diduga menjadi penyebab timbulnya antibodi yang merusak tubuh sendiri itu, yaitu faktor genetika (keturunan), lingkungan, dan hormonal. Di Indonesia sendiri, penyakit ini kurang populer. Jangankan masyarakat awam, dokter pun kadang kala tak mengenali penyakit ini. Salah satu penyebabnya, karena lupus memiliki gejala yang tidak khas. Akibatnya seringkali seseorang tidak menyadari bahwa dirinya sudah mengidap penyakit yang sulit disembuhkan dan bisa mengancam jiwa ini. Hal ini pula yang dialami Dian Syarief (38 tahun). Wanita yang didiagnosis menderita lupus lima tahun lalu ini, awalnya tidak merasakan keluhan apapun. Hanya saja, temannya bilang kalau Dian sering terlihat pucat dan terdapat bintik merah di badannya. Wanita yang tinggal di Jl Sekeloa Selatan, Bandung, Jawa Barat ini, tidak mengira sama sekali kalau dirinya menderita penyakit serius. Ia mengira, bintik-bintik merah di tubuhnya hanyalah penyakit kulit biasa. Dian mulai was-was ketika suatu kali mengalami menstruasi hebat selama delapan hari tanpa henti. Ia pun segera memeriksakan diri ke dokter. ''Diagnosis dokter, saya sakit demam berdarah dengue (DBD),'' katanya. Saat itu, memang sedang merebak wabah DBD. Kadar trombosit dalam darahnya juga menurun drastis. Benarkah Dian sakit DBD? Jawabnya, tidak. Pemeriksaan pada sumsum tulang belakang memastikan, Dian terkena lupus. Dan sejak saat itu, ia harus mengonsumsi tablet prednison. Namun, penderitaan Dian belum berhenti. Walau telah mengonsumsi obat, kondisi fisiknya turun-naik, bahkan dalam waktu empat tahun ini Dian telah melakukan 17 kali operasi. Dari mulai craniotomy (bedah otak), pengangkatan empedu, sampai pemasangan VP Shunt (selang di kepala). Gejala tidak khas Mengenali tanda klinis penyakit lupus memang tidak mudah. Ini karena gejalanya yang tidak khas. Soal gejala yang tidak khas ini juga diakui oleh dokter Rachmat Gunadi SpPD, spesialis penyakit dalam dari Bagian Ilmu Penyakit Dalam Divisi Reumatologi Fakultas Kedokteran Unniversitas Padjadjaran (Unpad)/RS Hasan Sadikin, Bandung. Berbicara pada acara Care for Lupus di Bandung, belum lama ini, Rachmat mengatakan, seseorang yang mengalami gejala lupus seringkali mengira hal itu sebagai gejala penyakit yang lain. Misalnya, seseorang mengeluhkan nyeri sendi, maka ia menganggapnya sebagai gejala rematik. Untuk mengatasinya, ia akan mencari obat sendiri tanpa berkonsultasi dengan dokter. Hal ini tentu sangat disayangkan. ''Sebab, bila lupus bisa dikenali lebih dini serta didiagnosis dan diobati secara tepat, maka akan membantu menghambat efek lebih buruk dari penyakit ini,'' kata dokter pemerhati lupus ini. Rachmat menjelaskan, lupus merupakan penyakit sistem imunitas yang bisa mengenai berbagai sistem organ tubuh. Misalnya, jaringan kulit, otot, tulang, ginjal, sistem syaraf, sistem kardiovaskuler, paru-paru dan lapisan pada paru-paru, hati, sistem pencernaan, mata, otak, dan sel-sel darah merah. Gejala lupus sangat bervariasi, dan bisa berlainan antara penderita satu dengan lainnya. Ia dapat timbul mendadak atau perlahan, spontan atau dengan faktor pencetus. Namun, gejala yang sering dikeluhkan adalah demam, rasa lelah berkepanjangan, nafsu makan menurun, berat badan menurun, perubahan ketahanan emosi, serta nyeri persendian pada pangkal jari-jari tangan, pergelangan tangan, siku, lutut, bahu, dan pergelangan kaki yang simetris. ''Rasa nyeri itu akan bertambah pada keadaan dingin''. Selain itu, bisa juga timbul kelainan kulit seperti kemerahan di kedua pipi, leher, dan pada seluruh tubuh. ''Kemerahan pada kulit bisa lebih berat kalau terkena sinar matahari''. Gejala lain yang kerap muncul adalah rambut rontok, sering sariawan, kejang-kejang, kesemutan, nyeri dada saat menarik napas, anemia, dan gangguan ginjal (dapat diketahui dari pemeriksaan laboratorium pada pemeriksaan urin). Tak bisa disembuhkan Lupus tidak bisa disembuhkan. Namun, kata Rachmat, ada masa remisi bagi penderita yaitu masa ketika sel-sel lupus tidak aktif, sehingga penderita tidak merasakan keluhan fisik. Misalnya, sendi tidak terasa nyeri, dan rambut tidak rontok. ''Pada masa ini, penderita tidak akan merasakan kesakitan''. Pada masa remisi ini, penderita lupus boleh merencanakan kehamilan. Sebaliknya, jika dalam keadaan sakit berat, misalnya terjadi gangguan pada ginjal, otak, paru-paru, dan jantung, penderita dianjurkan untuk tidak hamil. Ini karena lupus bisa mengganggu perkembangan janin, atau bayi lahir dalam keadaan mati. Lupus juga bisa merangsang terjadinya keguguran. ''Keguguran pada penderita lupus terjadi karena adanya anti-phospolipid syndrome yang menyebabkan darah terlalu mudah membeku sehingga mengganggu pasokan darah ke janin''. Satu hal lagi yang harus diperhatikan adalah penggunaan alat kontrasepsi hormonal (yang mengandung hormon) misalnya pil dan suntik. Kedua jenis alat kontrasepsi ini bisa mempercepat masa kambuh lupus. Siapa saja yang bisa terserang lupus? Rachmat mengatakan, lupus bisa menyerang semua lapisan masyarakat. Dari 100 ribu penduduk, sekitar satu hingga lima orang di antaranya bisa terkena penyakit ini. Laki-laki maupun perempuan, bisa terkena penyakit ini. Namun, perempuan lebih sering menderita penyakit ini. Sementara usia yang rentan terkena lupus adalah antara 15-40 tahun. ''Penyakit ini lebih banyak mengenai bangsa Afrika dan Asia dibandingkan dengan kulit putih''. Beberapa Catatan Seputar Lupus Selain gejalanya yang tidak khas, ada beberapa hal lain yang patut Anda ketahui seputar penyakit lupus, yaitu: * Kondisi stres psikologis bisa menjadi pemicu timbulnya lupus apabila terjadi dalam waktu yang lama dan berkepanjangan. * Mengobati lupus lewat pengobatan alternatif diperbolehkan, tapi harus hati-hati. Sebab, aneka produk jamu yang beredar di pasaran saat ini seringkali tidak sepenuhnya alami, sehingga apabila ada komplikasi sulit untuk dideteksi. * Beberapa ahli gizi menganjurkan agar penderita lupus mengonsumsi makanan secara vegetarian. Perlu Anda catat, sampai saat ini belum ada penelitian yang menyatakan pola makan vegetarian membantu pengobatan lupus. * Olah raga secara teratur dianjurkan untuk penderita lupus. Low impact aerobic dapat dilakukan oleh penderita yang tengah berada dalam kondisi fit, dan tidak ada keluhan nyeri sendi. Hendaknya, penderita juga tidak memaksakan diri dalam berolah raga. Jika, sudah merasa lelah, segeralah istirahat. ( kie)
Comments:
Post a Comment
~~~ |
.:Find Me:. If you interested in content, please contact the Writer: Rusnita Saleh : .:Want to Joint ?:. If you want to know more about lupus surferer's activities and want to donor your help and money, go here Need more consult ?, go here .:acquaintances:.
The Enterprise .:New Book:. .:talk about it:.
.:archives:.
.:Link-link website Lupus:.
Lupus Org .:credits:.
|