![]() |
|
Cerita Penderita Lupus Sunday, May 15, 2005 Sabtu, 16 Oktober 2004 - Republika'Buta Mata Bukan Akhir Segalanya' Meski tergolong tuna netra, bukan berarti orang yang mengalami low vision tidak bisa melihat sama sekali. Hal itu dialami Ketua Yayasan Syamsi Dhuha, Dian Syarif. Ia mengalami low vision sebagai dampak dari pengobatan atas penyakit lupus yang dideritanya. Saat ini kemampuan penglihatan wanita berkerudung ini tinggal lima persen. Dengan keterbatasan penglihatannya, terkadang ia masih bisa menebak benda apa yang ada di dekatnya. Ketika low vision itu terjadi, menurut Dian, semula dirinya merasa terpukul dan shock. Pasalnya, mata yang menjadi alat utama penglihatan, tiba-tiba menghilang begitu saja. Pada awalnya, ia merasa tidak percaya diri kalau pergi ke mana-mana dan harus didampingi. Dian mencoba untuk mengenali kehidupan sesamanya yang ada di Wyata Guna. Di sanalah, timbul keberanian dan rasa percaya dirinya untuk melakukan sesuatu, bahkan bepergian seorang diri. ''Yang membuat aku bangkit ketika mengalami krisis, aku bertemu orang yang kondisinya lebih jelek dari aku. Sehingga, aku sadar kalau sebenarnya masih beruntung memiliki lima persen penglihatan lagi,'' katanya. Selain datang ke Wyata Guna, Dian juga sering belajar dari sebuah keluarga yang kedua orang tuanya buta sedangkan tujuh anaknya melihat semua. Namun, kata dia, si ibu tetap bisa memasak dan menyuapi anaknya. Setelah melihat ibu yang buta itu, kata dia, dirinya jadi berani memasak ke dapur. Padahal, kata dia, sebelumnya tidak ada keberanian untuk itu.''Saya belajar memasak, dengan membedakan panas untuk mengetahui sudah matang atau belum,'' tuturnya. Menurut Dian, ayahnyalah orang yang paling berperan memberikan dukungan di saat dirinya krisis. Ia selalu ingat akan kata-kata ayahnya yang mengatakan, tidak apa-apa kehilangan indera penglihatan karena akan digantikan oleh indera lain. Pada awalnya, lanjut Dian, dirinya tidak mengerti perkataan ayahnya itu. Namun, setelah berjalan beberapa lama, dirinya mulai sadar kalau mata hatinya bisa lebih tajam dibanding mata biasa. Ketajaman hati, kata dia, akan lebih berperan lagi kalau indera peraba (kulit) juga digunakan. Pengalaman serupa, juga dialami Disi Tarsidi, Ketua Umum Persatuan Tuna Netra Indonesia, yang juga dosen jurusan pendidikan luar biasa di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Dia merupakan salah seorang yang dilahirkan dalam keadaan buta total. Namun, meskipun mempunyai keterbatasan dalam hal penglihatan, ia pulang pergi keluar negeri seorang diri tanpa pendamping. Negara-negara di Asean, seperti Singapura, Malaysia, Thailand, dan Vietnam, sudah beberapa kali dikunjunginya. Selain itu, negara Eropa seperti Kanada, Denmark, Norwegia, dan Italia sudah juga dia sambangi. Bahkan, di Norwegia, ia pernah tinggal selama tiga bulan. Didi mengaku pernah mengalami berbagai pengalaman penerbangan. Dari mulai penerbangan internasional yang sangat baik pelayanannya, sampai beberapa penerbangan domestik yang memperlakukan tunanetra dengan diskriminatif. Bahkan, menurut dia, temannya sesama tunanetra pernah menuntut salah satu maskapai penerbangan sebesar Rp 200 juta, karena pada saat akan ke Makassar, temannya tidak boleh naik ke pesawat karena tunanetra dan tidak membawa pendamping. ''Pada penerbangan dalam negeri, kami tunanetra selalu mengalami kesulitan ketika akan naik pesawat seorang diri. Bahkan, oleh Pelita Air, saya harus menandatangani surat tidak akan menuntut kalau terjadi sesuatu, kenapa saya saja yang harus menandatangani, itu namanya diskriminatif,'' kata Didi. Menurut Didi, pada awal perjalanannnya ke luar negeri, dirinya memang sempat stres ketika masih berada di dalam pesawat. Namun, kata dia, dirinya tidak memiliki pilihan lain, sehingga mau tidak mau harus dilakukannya. Pasalnya, kata dia, tiket yang diberikan untuk tugas hanya untuk satu orang, sehingga tidak bisa menggunakan pendamping. Semua tempat yang belum pernah dikunjunginya, sambung Didi, pasti akan asing meskipun berada di dalam negeri. Apalagi, kata dia, kalau tempat tersebut berada di luar negeri dan tidak ada pendampingnya. Oleh karena itu, sebelum pergi dirinya mencari tahu terlebih dahulu semua tempat yang akan didatanginya itu. (kie)
Comments:
Post a Comment
~~~ |
.:Find Me:. If you interested in content, please contact the Writer: Rusnita Saleh : .:Want to Joint ?:. If you want to know more about lupus surferer's activities and want to donor your help and money, go here Need more consult ?, go here .:acquaintances:.
The Enterprise .:New Book:. .:talk about it:.
.:archives:.
.:Link-link website Lupus:.
Lupus Org .:credits:.
|